Minggu, 29 November 2009

Penyesalan

Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, kududuk terpaku menatap komputer yang berdiri tegak di depanku. Kucoba untuk menumpahkan segala hal yang mengganjal dalam pikiranku, namun ku tak mampu untuk mengeluarkannya. Ada perasaan bimbang dalam hatiku yang tak tau apa artinya itu.

Sesaat kucoba untuk mengingat dalam hatiku, pikiranku melayang jauh ke-dua hari yang lalu ketika diriku masih berkumpul dengan keluargaku dikampung halaman kedua orangtuaku, yang juga merupakan tanah kelahiranku, Pematang Siantar, kota yang kusuka dengan segala hal yang ada disana.

Pematang Siantar merupakan kota dengan sejuta pesona adat istiadat batak yang sangat kental, kota yang damai dan sejuk. Kota dimana Ibuku dikebumikan. Ya, tepat pada tanggal 6 april 2001 atau 8 tahun yang lalu ibuku meninggal karena komplikasi diabetes dan Asma yang telah dideritanya selama lebih dari 5 tahun.

Ibuku yang sangat kucintai dan kuhormati lebih dari siapapun, seorang guru yang dicintai oleh para muridnya harus meninggal pada usia yang masih cukup muda, 41 Tahun. Ibuku tidak secantik Luna Maya, tidak pula se-seksi Titi Kamal, namun kebaikan, keramahan, serta kerendahan hatinya membuat beliau tampak sangat cantik dan sangat elegan.

Ada suatu kejadian yang sangat kusesali sampai saat ini, ketika itu usiaku masih 8 tahun, kebetulan saat itu orang yang menyewa toko kami sedang panen buah (Yang menyewa toko kami seorang tukang buah), ia memberiku 2 kilo langsat, aku yang saat itu masih kecil berpikir bahwa buah yang diberikannya itu hanyalah untukku. Sehingga ibuku sendiri tidak ku-bagi. Ibuku meminta sedikit buah itu karena beliau sedang tidak enak badan, namun tak sedikitpun kuberi. Ibu kecewa padaku, aku hanya diam. Setelah itu kakakku yang paling tua memintaku untuk memberikan kepada ibu, "kasih la dikit ke mamak, mamak lagi gak enak badan tu........" kata kakakku, "Gak ah....?!" jawabku, kemudian kakakku berkata "Nggi, kami gak kau kasih gak apa-apa, tapi beliau mamak kita, orang yang membesarkan sekaligus melahirkan kita......mamak lagi saket tu?!" Geram kakakku, namun aku tak mempedulikannya. Betapa bodohnya aku saat itu.

Aku menyesal dengan segala kebodahan-kebodohanku dikala itu. Namun, apalah artinya semua itu. Ibuku yang kucintai telah tiada, beliau telah pergi meninggalkanku untuk selamanya. Sekarang aku hanya bisa meratapi semua kebodahanku didepan makam ibuku. Aku berjanji dalam hatiku, aku akan menebus semua kesalahanku dengan memberikan yang terbaik bagi kedua orangtuaku terutama pada ayahku yang merupakan pengganti ibuku. Aku JANJI akan membahagiakannya hingga akhir hayatku. Aku harap Allah mendegar doaku ini.


Pematang Siantar, 28 November 2009